Prabowo Undang Investor Bangun Tanggul Laut Raksasa, Proyek Ambisius Lindungi Pesisir Utara Jawa
Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara tegas menyatakan komitmennya untuk segera memulai proyek Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa di Pantai Utara Jawa. Proyek monumental ini dirancang untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman krisis iklim yang semakin nyata, serta dampak buruk banjir rob yang kerap melanda kawasan tersebut.
Dalam acara Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Prabowo menyampaikan bahwa proyek ini telah direncanakan sejak tahun 1995, namun mengalami berbagai penundaan. Kini, di bawah kepemimpinannya, tidak ada lagi alasan untuk menunda. Proyek ini akan segera direalisasikan demi melindungi masa depan jutaan penduduk yang tinggal di sepanjang pesisir utara Jawa.
"Ini adalah proyek yang sangat vital. Sudah direncanakan sejak tahun 1995, hampir 30 tahun lalu. Tapi sekarang, tidak ada lagi penundaan. Kita akan mulai," tegas Prabowo.
Giant Sea Wall merupakan proyek ambisius yang membentang sepanjang sekitar 500 kilometer, mulai dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur. Proyek ini diperkirakan akan menelan investasi sebesar US$ 80 miliar, dengan tahap awal pembangunan di Teluk Jakarta yang membutuhkan dana sekitar US$ 8 hingga 10 miliar.
Meskipun membutuhkan investasi yang sangat besar, Prabowo menegaskan bahwa pemerintah tidak akan hanya mengandalkan investasi asing. Pemerintah akan berperan aktif dengan mengalokasikan dana dari anggaran negara sebagai bentuk komitmen dan kepercayaan bagi para investor.
"Pemerintah tidak datang dengan tangan kosong. Kita masuk sebagai mitra, bukan hanya minta saham, tapi dengan uang nyata. Ini memberi kepercayaan bagi mitra-mitra luar negeri," ujarnya.
Untuk mempercepat pelaksanaan proyek ini, Prabowo akan segera membentuk Badan Otorita Tanggul Laut Pantai Utara Jawa. Lembaga khusus ini akan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan percepatan proyek strategis nasional ini, memastikan koordinasi yang efektif antara berbagai pihak terkait.
Pembangunan tahap awal akan difokuskan pada wilayah-wilayah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan banjir rob, seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, dan Brebes. Prabowo mengungkapkan bahwa ia telah mendapatkan dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta untuk berpartisipasi dalam pendanaan proyek, mengingat besarnya kebutuhan dana untuk pembangunan di Teluk Jakarta.
"Ini suatu mega project. Saya akan mulai, saya tidak tahu presiden mana yang akan menyelesaikan. Tapi kita harus mulai, dan kita akan mulai," kata Prabowo dengan penuh keyakinan.
Prabowo membuka pintu bagi perusahaan-perusahaan internasional dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa, hingga Timur Tengah, untuk terlibat dalam proyek ini. Namun, ia menegaskan bahwa proyek akan tetap berjalan meskipun tanpa partisipasi asing. Pemerintah Indonesia akan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan proyek ini.
"Perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, dari Jepang, dari Korea, dari Eropa, dari Timur Tengah yang mau ikut. Silahkan, tapi kita tidak tunggu, kita akan gunakan kekuatan kita sendiri," tegasnya.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menambahkan bahwa proyek Giant Sea Wall bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga mencerminkan keseriusan Indonesia dalam melindungi lingkungan dan keberlanjutan hidup masyarakat pesisir.
"Kami tidak sekadar mengundang investasi, tapi mengundang kemitraan jangka panjang dalam semangat gotong royong global. Sesuai arahan Bapak Presiden, sejak akhir Februari lalu kami telah membentuk Satuan Tugas Giant Sea Wall Pantura Jawa untuk mengkonsolidasikan perencanaan dan mengawal pelaksanaan perlindungan pesisir," kata AHY.
AHY menekankan bahwa Giant Sea Wall bukan hanya sekadar tembok raksasa, melainkan sistem adaptif yang dirancang untuk menghadapi banjir rob dan krisis iklim, sekaligus menjaga ekosistem dan kehidupan masyarakat pesisir. Proyek ini akan mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan dan sosial, serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan.
"Arahan Presiden bukan hanya respons teknis, ini keputusan berani untuk menyelamatkan masa depan jutaan rakyat di pesisir utara Jawa. Bagi bangsa kepulauan, melindungi garis pantai adalah melindungi eksistensi kita sendiri, mengingat besarnya tugas ini, kami siap bekerjasama dan berkolaborasi dengan seluruh pihak untuk kesuksesan bersama," tutup AHY.
Proyek Giant Sea Wall ini memiliki sejarah panjang dan kompleks. Gagasan awal mengenai pembangunan tanggul laut raksasa di Jakarta muncul pada tahun 1990-an sebagai respons terhadap permasalahan penurunan tanah (land subsidence) dan banjir rob yang semakin parah di wilayah tersebut. Beberapa studi dan perencanaan telah dilakukan, namun proyek ini selalu terhambat oleh berbagai kendala, termasuk masalah pendanaan, koordinasi antar lembaga, dan dampak sosial-ekonomi.
Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia meluncurkan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), yang merupakan konsep pengembangan terpadu wilayah pesisir Jakarta, termasuk pembangunan tanggul laut raksasa. Namun, proyek ini juga mengalami berbagai perubahan dan penyesuaian dalam perjalanannya.
Pembangunan Giant Sea Wall bukan hanya sekadar membangun struktur fisik, tetapi juga melibatkan berbagai aspek penting lainnya, seperti pengelolaan lingkungan, penataan ruang, pengembangan ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat pesisir, seperti perlindungan dari banjir rob, peningkatan kualitas air, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai properti.
Namun, proyek ini juga menghadapi berbagai tantangan dan risiko, seperti dampak lingkungan, biaya konstruksi yang tinggi, potensi konflik sosial, dan perubahan iklim yang tidak pasti. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang, koordinasi yang efektif, dan partisipasi aktif dari semua pihak terkait untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Konferensi Infrastruktur Internasional (ICI) 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk mempromosikan proyek Giant Sea Wall kepada investor dan lembaga pembiayaan internasional. Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 7.000 peserta dari 33 negara, termasuk para investor, kontraktor, konsultan, dan perwakilan pemerintah.
Kehadiran berbagai investor dan lembaga pembiayaan terkemuka, seperti Macquarie (Australia), GIC (Singapura), World Bank, International Finance Corporation (IFC), Asian Development Bank (ADB), dan The Asia Group, menunjukkan minat yang besar terhadap proyek infrastruktur di Indonesia.
ICI 2025 diharapkan dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan para investor dan lembaga pembiayaan internasional, serta memperoleh dukungan teknis dan keuangan untuk proyek Giant Sea Wall.
Proyek Giant Sea Wall merupakan proyek strategis nasional yang memiliki dampak signifikan bagi perekonomian dan lingkungan Indonesia. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia sebagai negara maritim, serta melindungi masyarakat pesisir dari dampak perubahan iklim.
Namun, keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada komitmen dan kerjasama dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, swasta, masyarakat, dan lembaga internasional. Dengan perencanaan yang matang, koordinasi yang efektif, dan partisipasi aktif dari semua pihak, proyek Giant Sea Wall dapat menjadi contoh sukses pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan inklusif.
Prabowo Subianto menunjukkan visi yang kuat dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan proyek Giant Sea Wall. Kepemimpinannya diharapkan dapat memberikan dorongan yang signifikan bagi percepatan pelaksanaan proyek ini, serta memastikan bahwa proyek ini memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan lingkungan Indonesia.
